#Attribution1 { height:0px; visibility:hidden; display:none }

MAKALAH KELOMPOK 6 : HEREDITAS



BAB II
PEMBAHASAN


2.1.  Pengertian Pembawaan dan Lingkungan
2.1.1. Pembawaan 
            Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). [1]
Pembawaan adalah pewarisan atau pemindahan biologis, karakteristik individu dari pihak orang tua. Menurut Witherington, Pembawaan adalah suatu proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh.
Dapat diketahui bahwa perkembangan hasil-hasil kebudayaan yang di peroleh dalam suatu generasi tidak dapat di turunkan ke generasi berikutnya secara biologis karena antara sel-sel benih dengan sel-sel somatis nampaknya ada semacam statesqo. Sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada sel-sel somatis tidak mempengaruhi keadaan sel-sel benih
Menurut Witherington, proses faktor keturunan ini bekerja melalui prinsip-prinsip sabagai berikut :

1.      Prinsip stabilitas 
Pada prinsip stabilitas, hereditas , itu berproses dengan perantara sel-sel benih, dan tidak melalui sel-sel somatic atau sel-sel badan. Artinya bahwa ciri-ciri yang dipelajari natau diperoleh oleh orang tua , tidak akan ditentukan kapada anak.



2.      Prinsip konformitas 
Pada prinsip ini menyatakan bahwa jenis menghasilkan jenis atau setiap golongan menurunkan golongannya sendiri. Anak termasuk kedalam golongan yang serupa dari golongan orang tuanya.
3.      Prinsip variasi 
Pada prinsip ini menyatakan bahwa sel-sel benih mengandung determinan- determinan yang banyak jumlahnya , pada waktu penyerbukan ovum saling berkomunikasi dalam cara yang berbeda –beda untuk menghasilkan anak yang saling berbeda . jadi prinsip variasi ini berlaku dalam batas-batas yang ditentukan oleh pola-pola rasial umum.
4.      Prinsip regresi filial 
Pada prinsip ini menyatakan bahwa pada setiap sifat atau ciri manusia anak memperlihatkan kecenderungan menuju keadaan rata-rata. Artinya , bahwa anak orang tua yang sangat cerdas biasanya condong untuk menjadi anak yang kurang cerdas dari pada orang yang tuanya, dan sebaliknya.[2]

Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain.

2.1.2.  Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut :
1. Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2. Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.

3. Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing.
4. Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan)yang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Warisan atau turunan  tersebut yang terpenting, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat, dan penyakit.
1.    Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti bapaknya, rambut kering dan warna kulit putih seperti ibunya. Bila anak yang pembawaan gemuk seperti ini, bagaimanapun susah hidupnya nanti,ia sukar menjadi kurus, tetapi sebaliknya sedikit saja ia makan, akan mudah menjadi gemuk. Demikian juga rambut keriting, bagaimanapun berusaha untuk meluruskannya akhirnya akan kembali menjadi keriting.
2.        Sifat-Sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, atau kakek dan nenek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya: Penyabar, pemarah, kikir, pemboros,hemat dan lain sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui selagi kecil dan ada pula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras (pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu anak masih berumur kurang dari satu tahun, sedangkan sifat pemarah baru dapat diketahui setelah anak lancar berbicara, yaitu sekitar 5 tahun.
Sifat atau tabiat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah setiap saat bila dikehendaki dengan sungguh-sungguh. Kebiasaan meminum minuman keras, mabuk, main judi, dan sebagainya bisa diubah dan di buang dari diri seseorang.
Demikian pula dengan kebiasaan merokok, lambat bagun pagi, tidur siang, malas, dan sebagainya. Semuanya dapat diubah dan tukar dengan kebiasaan yang baik, seperti: rajin, lincah, cepat bangun, jujur,, suka menolong dan sebaginya.
Sifat dan kebiasaan merupakan corak (warna) dari kepribadian seseorang atau suatu suku bangsa. Misalkan, suku Jawa memiliki sifat ramah, lucu, lugu dan sebagainya. Kebiasaan memakai kebaya dan kain batik oleh kaum  wanitanya. Orang Barat, memiliki sifat sombong (tidak ramah), dinamis, suka berterus terang, dan sebagainya. Sementara kebiasaan mereka selalu jalan bergegas, disiplin waktu, dan sebagainya.
Mengetahui sifat atau watak anak mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya. Misalnya, anak yang penakut perlu dibangkitkan semangatnya agar menjadi berani mengemukakan pendapatnya. Demikian pula dengan anak yang merasa minder, perlu dibangkitkan rasa harga dirinya agar jiwanya  tidak semakin tertekan.
Keturunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak , warisan (turunan/pembawaan) tersebut antara lain:
3.        Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Misalnya , mengingat, memahami, berbahasa dan sebagainya.
4.        Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang, seperti seni musik, matematika, teknik, agama.
5.        Penyakit
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
6.      Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal  anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.
Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
7.        Keluarga
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mapan, umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak mampu. Demikian pula anak yang orang tuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula. Jadi keluarga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan, terutama ekonomi rumah tangga serta kemampuan orang tua dalam merawat pertumbuhan jasmani anak.
8.        Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama untuk kecerdasannya. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
Anak yang memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.

9.        Keadaan alam sekitar
Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.

Ada 4 macam tingkah laku manusia, yaitu;
1. Insting, yaitu aktivitas yang hanya menuruti kodrat dan tidak melalui belajar.
2. Habits, yaitu kebiasaan yang dihasilkan dari pelatihan yang berulang- ulang.
3. Native behavior, yaitu tingkah laku pembawaan.
4. Acquired behavior, yaitu tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar.[3]

2.1.2.  Pengertian lingkungan 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata lingkungan berarti semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan. Dalam konteks pendidikan, objek pengaruh tentu saja dibatasi hanya pada pertumbuhan manusia, tidak mencakup pertumbuhan hewan.Oleh karena itu, M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim, dsb.
Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangannya. Lingkungan itu wujudnya dapat berupa benda-benda atau objek-objek alam, orang-orang dan karyanya serta berupa fakta-fakta objektif yang terdapat dalam diri individu, seperti kondisi organ, perubahan-perubahan organ dan lain-lain.

Analisa
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam (pembawaan) dan faktor luar (lingkungan). Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda satu sama lainnya. Anak dengan pembawaan yang sama akan memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda jika diberikan lingkungan yang berbeda. Anak yang memiliki pembawaan yang berbeda akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bisa sama bisa juga tidak, ini disesuaikan dengan lingkungan yang diberikan kepada anak.
Hal ini menunjukkan pentingnya pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Keduanya tidak dapat berdiri dengan sendirinya, diperlukan lingkungan yang kondusif demi meningkatan/mewujudkan pembawaan.
Hereditas atau bawaan, oleh beberapa ahli, hereditas yang terpenting antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit. Anak dengan bawaan yang baik/bagus akan tumbuh dan berkembang jika diberikan lingkungan yang baik/bagus (sesuai dengan bakat anak) pula, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan alam sekitar.
Sebagai contoh anak dengan bawaan berupa bakat menyanyi. Pembawaan tersebut akan terwujud jika diberikan lingkungan berupa pengalaman dan latihan menyanyi, tentunya kelak si anak bisa menjadi penyanyi. Namun, jika tidak diberikan lingkungan, pendidikan, pengalaman berlatih menyanyi maka si anak tidak akan menjadi penyanyi, hanya memiliki bakat terpendam yaitu menyanyi.
Contoh lainnya, dua anak yang memiliki IQ yang sama belum tentu memiliki EQ yang sama. Karena IQ seseorang merupakan pengaruh faktor turunan (hereditas, tidak dapat direkayasa), sedangkan EQ merupakan faktor lingkungan (dapat dibentuk oleh lingkungan, pendidikan, dan pengalaman). Gambaran ini memberikan gambaran bahwa bawaan yang sama belum tentu menghasilkan gejala emosional yang sama. Hal ini terkait dengan pola pertumbuhan dan perkembangan  si anak.
Dari gambaran-gambaran di atas menjelaskan bahwa pembawaan dan lingkungan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pertumbuhan dan perkembangan anak (sesuai dengan teori aliran konvergensi). Keduanya memiliki keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan cara berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan. Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap bawaaan itu sendiri.

2.2.   Macam-macam lingkungan
Lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali gen-gen.

Menurut Sertain, lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :
1) Lingkungan alam/luar (external or physical environment),
2) Lingkungan dalam (internal environment), dan
3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environment).


Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?
Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas).
Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya.
Menurut woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam :
1) Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2) Individu menggunakan lingkungannya,
3) Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan
4) Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ (dalam arti luas) dengan lingkungannya.

Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :
1) Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis)
2) Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri penyesuaian diri alloplastis.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Ada garis besar yang merupakan faktor terpengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak.
1. Faktor Intern, faktor yang muncul dari dalam diri anak / dari keturunan.
2. Faktor Ekstern, faktor yang muncul dari luar diri anak / dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.
Dan ada juga kedua faktor tadi di dalam hal ini ada tiga teori :


1.        Teori Nativisme
Berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertentu. Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang tuanya.
Nativisme (Nativism) adalah sebuah doktrin filosofi yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologi. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Scopenhauer (1788-1860) seorang filosof yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.  Mengapa demikian? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaanya,sedangkan pengalaman dan pendidikan (lingkungan)tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut pesimisme paedagogis.
Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan anak domba. Jadi, pembawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.
Ambillah contoh sepasang suami-istri yang memiliki keistimewaan di bidang politik, tentu anaknya menjadi politikus pula. Namun, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak mendukung, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tak akan pernah menjadi politisi, tetapi menjadi petani.
Aliran nativisme hingga saat ini masih berpengaruh di kalangan beberapa ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi. Di antara ahli yang dipandang sebagai nativisme ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistik yang sangat terkenal saat ini. Chomsky menganggap bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya biological predisposition (kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.

2. Teori Empirisme
Berpendapat bahwa sejak lahir anak tidak memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertntu semata-mata ditentukan faktor dari luar. Aliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang buruk.
Aliran teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai peranan.
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empiricism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah The School of British Empiricism (aliran empirisme Inggris).
Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filasafat bernama environmentalisme (aliran Lingkungan) dan psikologi bernama Environmental Psychology (psikologi lingkungan) yang relative masih baru. (Reber, 1988).
Doktrin aliran ini yang amat masyur adalah Tabula Rasa sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (Blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pada pengalaman, lingkungan, dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi sorang politisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati.
Memang sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan anak. Dalam hal ini, lingkungan keluarga (bukan bakat pembawaan dari keluarga) dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang anak.
Kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti masjid, sekolah, serta lapangan olahraga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak di lingkungan seperti ini memang tak mempunyai cukup alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orangtunya kurang atau tidak berpendidikan.
Faktor orang tua atau keluarga terutama sifat dan keadaan mereka sangat menetukan arah perkembangan masa depan para siswa yang mereka lahirkan. Sifat orang tua (parential trait) yang dimaksudkan ialah gaya khas dalam bersikap, memandang, memikirkan, dan memperlakukan anak. Contoh kelahiran bayi yang tidak dikehendaki (misalnya akibat pergaulan bebas) akan menimbulkan sikap dan perlakuan orang tua yang bersifat menolak (parental rejection). Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu melindungi anak juga dapat menggangu perkembangan anak. Perilaku memanjakan anak secara berlebihan ini, menurut hasil penelitian Chazen, et.al (1983) ternyata berhubungan erat dengan penyimpangan perilaku dan ketidakmampuan social anak di kemudian hari.
Namun demikian, perlu pula juga di kemukakan sebuah fakta yang ironis, yakni di antara para siswa yang dijuluki nakal dan brutal khususnya di kota-kota ternyata cukup banyak berasal dari kalangan keluarga berada, terpelajar, dan bahkan taat beragama. Sebaliknya, tidak sedikit anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga bodoh dan miskin.Jadi, sejauh manakah validitas doktrin empirisme yang telah memunculkan optimisme pedagogis itu dapat bertahan?

3. Teori Konvergensi
Berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu ditentukan sebagai akibat interaksi. Hukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan belaka.
Aliran konvergensi merupakan gabungan antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman dan juga tidak berpegangan pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor tersebut yang sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak akan berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor lingkungan tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki andil sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kyai, umpamanya, kelak ia akan menjadi ahli agama apabila ia dididik di lingkungan keagamaan.
Untuk lebih konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh lagi. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup di lingkungan masyrakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara dan tinggal bersama hewan, maka bakat berdiri yang ia miliki secara turun-menurun dari orang tuanya itu akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu, ia akan berjalan di atas kedua kaki dan tangannya. Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
Sampai sejauh manakah pengaruh pembawaan jika dibandingkan dengan lingkungan terhadap perkembangan masa depan seseorang? Jawabannya mungkin berbeda antara orang per orang. Sebagian orang mungkin lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungannya. Namun dalam hal pembawaan yang bersifat jasmaniah hampir dapat dipastikan bahwa semua orang sama, yakni akan memiliki berbentuk badan, mempunyai rambut dan mata  yang sama dengan kedua orang tuanya. Sebagai contoh anak-anak keturunan eropa umumnya berambut pirang, berkulit putih, bermata biru, dan berperawakan tinggi besar, karena memang warisan orang tua dan nenek moyangnya.
Akan tetapi, dalam hal pembawaan yang bersifat rohaniah sangat sulit kita kenali. Banyak orang yang ahli di bidang”X” tetapi anaknya ahli di bidang “Y”. anak ini sudah diusahakan agar mempelajari bidang “X” supaya sama dengan orangtuanya, tetapi ia menolaknya dan menunjukkan kecenderungan bakat “Y”. ternyata setelah mengikuti pengajaran bidang”Y”, anak yang berasal dari keturunan yang ahli di bidang “X” itu benar-benar ahli di bidang “Y”, bukan bidang “X”. apakah anak tersebut telah menyalahi bakat dan pembawaan keturunannya?
Banyak bukti menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama dengan orang tuanya itu, setelah ditelusuri ternyata watak dan bakat orang tersebut sama dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya. Dengan demikian, tidak semua bakat dan watak diturunkan langsung pada anak-anaknya, tetapi mungkin kepada cucunya atau anak-anak cucunya. Alhasil, bakat dan watak dapat bersembunyi sampai beberapa generasi.
Hasil proses perkembangan seorang siswa dapat dijelaskan hanya dengan menyebutkan pembawaan dan lingkungan. Artinya, keberhasilan seorang siswa bukan karena pembawaan dan lingkungan saja, tetapi juga oleh diri siswa itu sendiri. Setiap orang, termasuk siswa tersebut, memiliki potensi self-direction dan self-discipline yang memungkin kan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu (aturan atau stimulus) lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Alhasil, siswa itu sendiri memiliki potensi psikologi tersendiri untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya dalam konteks lingkungan tertentu.
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofi yang berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penyusun berkesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam.
-        Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
-        Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.[4]


2.3. Pengaruh pembawaan dan lingkungan terhadap perkembangan individu 
2.3.1.  Pengaruh pembawaan terhadap perkembangan individu
Perkembangan adalah serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi- fungsi jasmani dan rohani yang dimiliki indivdu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan belajar.
Manusia dilahirkan dengan struktur jasmani seperti sosial syaraf, kelenjer dan organ. Semua itu menentukan stabilitas emosi serta membedakan kapasitas mental, maka kesehatan mental dan emosi lebih banyak dpengaruhi oleh pembawaan.[5]
Lingkungan perkembangan anak adalah keseluruhan fonomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi perkembangan anak.


1.        Keluarga
Keluarga memiliki peranan dalam upaya pengembangan pribadi anak perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nlai- nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan sosial yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
2.    Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan proses bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu anak agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-sriritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
3. Kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosia bagi anak berpengaruh terhadap terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, yaitu:
- Perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil.
- Kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda.
- Ekspansi jaringan kumunikasi antara kaula muda.
- Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.












[1] Ahmadi, H. Abu, 1991. “Psikologi Umum”.  Semarang : Rineka Cipta . h.7.

[2] Syah Muhibbin, 1995. “Psikologi Pendidikan”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
h.196.
[3] Effendi Usman, Dkk, 1984. “Pengantar Psikologi”. Bandung : Angkasa. h. 45.
[4] Soemanto Wasty, 1990. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta : Rineka Cipta. h. 23.
[5] Purwanto mangalin, 1955. “ Psikologi Pendidikan”. Jakarta : Bumi Angkasa. h. 56.

This entry was posted on Saturday, December 7, 2013 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Powered by Blogger.