#Attribution1 { height:0px; visibility:hidden; display:none }

MAKALAH KELOMPOK 4 : PENCIPTAAN BUMI


                                                                                   BAB II
                                                                          PEMBAHASAN

   Sangat menarik untuk membandingkan konsep pembentukan alam raya berdasarkan Islam dengan teori yang dikemukakan para ahli kosmologi akhir-akhir ini. Allah menurunkan Al Quran kepada manusia empat belas abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam Al Quran empat belas abad yang lalu.

2.1 PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

Seabad yang lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta, ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai awal. Tidak ada momen “penciptaan”, yakni momen ketika alam semesta dan segala isinya muncul.
Gagasan “keberadaan abadi” ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari filsafat materialism. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Pandangan tentang alam semesta tanpa batas sangat sesuai dengan ateisme.
Georges Politzer, yang mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah pendukung setia Marxisme dan Materialisme. Politzer menolak gagasan penciptaan. Ia menganggap sains berada di pihaknya dalam pembelaannya terhadap gagasan alam semesta tanpa batas. Kenyataannya, sains merupakan bukti bahwa jagat raya sungguh-sungguh mempunyai permulaan. Dan seperti yang dinyatakan Politzer sendiri, jika ada penciptaan maka harus ada penciptanya.

2.1.1 Teori Dentuman Besar (Big Bang) dan Ajarannya
Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah astronomi. bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita.
Tidak lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi. Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.
Pemuaian alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa “satu titik tunggal” yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki “volume nol” dan “kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal yang memiliki volume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Dentuman Besar (Big Bang), dan teori ini dinamai mengikuti nama ledakan tersebut.
Harus dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoretis yang bertujuan deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep “ketiadaan”, yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal tersebut sebagai “titik yang memiliki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang tidak memiliki volume” ini berarti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta diciptakan.
Fakta ini, yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah diberitakan Al Quran empat belas abad yang lalu:“Dia Pencipta langit dan bumi.” (QS. Al An'aam, 6:101)
Jika kita membandingkan pernyataan pada ayat di atas dengan teori Ledakan Besar, terlihat kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru diperkenalkan sebagai teori ilmiah pada abad ke-20.
Pemuaian alam semesta merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atas baru ditemukan pada abad ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada kita dalam Al Quran 1.400 tahun yang lalu:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzariyaat, 51: 47)
Pada tahun 1948, George Gamov mengemukakan gagasan lain mengenai teori Ledakan Besar. Dia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta dari ledakan hebat, di alam semesta seharusnya terdapat surplus radiasi, yang tersisa dari ledakan tersebut. Lebih dari itu, radiasi ini seharusnya tersebar merata di seluruh alam semesta.
Bukti “yang seharusnya ada” ini segera ditemukan. Pada tahun 1965, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson, menemukan gelombang ini secara kebetulan. Radiasi yang disebut “radiasi latar belakang” ini tampaknya tidak memancar dari sumber tertentu, tetapi meliputi seluruh ruang angkasa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gelombang panas yang memancar secara seragam dari segala arah di angkasa ini merupakan sisa dari tahapan awal Ledakan Besar. Penzias dan Wilson dianugerahi Hadiah Nobel untuk temuan ini.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke angkasa untuk melakukan penelitian mengenai radiasi latar belakang. Pemindai sensitif pada satelit hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menegaskan perhitungan Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa-sisa ledakan hebat yang mengawali terbentuknya alam semesta.
Semua bukti kuat ini memaksa komunitas ilmiah untuk menerima teori Ledakan Besar. Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh para ahli kosmologi berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam semesta.
Apakah yang ada sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang menjadikan alam semesta ini “ada” melalui sebuah dentuman besar, jika
sebelumnya alam semesta ini “tidak ada”? Pertanyaan ini jelas menyiratkan adanya Sang Pencipta.
Seorang ahli astrofisika terkenal bernama Hugh Ross mengatakan: Jika waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema-ruang, maka penyebab alam semesta pastilah suatu wujud yang bekerja dalam dimensi waktu yang benar-benar independen dari, dan telah ada sebelum, dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada di dalamnya.
Zat dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia yang terlepas dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah Raja di surga dan di bumi.
Allah memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam Kitab-Nya, yang Dia turunkan kepada manusia empat belas abad lalu untuk menunjukkan keberadaan-Nya.
2.1.2 Enam periode penciptaan dalam Al-Qur’an
Dalam surat Al-A’raf ayat 54, Allah berfirman:
“Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.”
Tidak banyak jumlah terjemahan atau tafsir Al-Qur’an yang mengingatkan bahwa kata “hari” harus dipahami sebagai “periode”. Arti kata yang paling terpakai pada yaum adalah “hari”, tetapi yang dimaksudkan adalah terangnya waktu siang dan bukannya waktu antara terbenamnya matahari sampai terbenamnya lagi. Kata jamak ayyam dapat berarti beberapa hari akan tetapi juga dapat berarti waktu yang tak terbatas, tetapi lama. Arti kata yaum sebagai periode juga disebutkan dalam Al-Qur’an , Surat as-Sajdah ayat 5:
“Dalam suatu hari yang panjangnya seribu tahun dari perhitungan kamu.”
Dalam ayat lain, Surat al-Ma’arij ayat 40, kita dapatkan:
“Dalam suatu hari yang panjangnya 50.000 tahun.”
Ayat Al-Qur’an yang membicarakan penciptaan alam berupa kejadian-kejadian di bumi dan kejadian di langit, yaitu Surat Al-Fushshilat ayat 9-12, sebagai berikut:
Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam” (9). Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya (10). Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” (11). Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (12).
Empat ayat dari surat Al-Fusshilat tersebut menunjukkan beberapa aspek; bentuk gas yakni bentuk pertama dari bahan langit serta pembatasan secara simbolis bilangan langit sampai tujuh. Percakapan antara Allah di satu pihak dan langit serta bumi di pihak lain adalah simbolis; maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa setelah diciptakan Allah, langit-langit dan bumi menyerah kepada perintah-perintah Allah.
Ada yang mengatakan bahwa ayat tersebut bertentangan dengan ayat yang mengatakan bahwa penciptaan itu melalui enam periode. Dengan menjumlahkan dua periode yang merupakan penciptaan bumi dan empat periode untuk pembagian makanan bagi penduduknya dan dua periode untuk penciptaan langit,
kita akan mendapatkan delapan periode, dan hal itu merupakan kontradiksi dengan enam periode di ayat lain.
Dalam beberapa tafsir Al-Qur’an, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan empat masa pada ayat 10 tersebut adalah penggabungan penciptaan bumi selama dua masa dengan penentuan kadar-kadar makanan selama dua masa pula. Maka didapatkanlah empat masa. Lalu ditambah dengan penciptaan langit selama dua masa, maka total penciptaan alam semesta adalah enam masa.
Dalam dua surat Al-Qur’an yaitu Al-A’raf ayat 54 disebutkan mengenai penciptaan langit-langit dan bumi dan di lain tempat disebutkan tentang penciptaan bumi dan langit-langit yaitu dalam surat Al-Fusshilat ayat 9-12. Tampak bahwa Al-Qur’an tidak menunjukkan urut-urutan dalam penciptaan langit-langit dan bumi.
Terdapat bebarapa ayat yang menyebutkan penciptaan bumi lebih dahulu seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 29, dan dalam surat At-Taha ayat 4. Akan tetapi terdapat lebih banyak ayat-ayat dimana langit-langit disebutkan sebelum bumi yaitu surat Al-A’raf ayat 54; Surat Yunus ayat 3; surat Hud ayat 7; surat al-Furqan ayat 59; surat as-Sajdah ayat 4; surat Qaf ayat 38; al-Hadid ayat 4; an-Nazi’at ayat 27-33.
Jika kita tinggalkan Surat an-Nazi’at, tak ada suatu ayat dalam Al-Qur’an yang menunjukkan urutan penciptaan secara formal. Yang terdapat hanya huruf “wa” yang artinya “dan” serta fungsinya menghubungkan dua kalimat. Terdapat juga kata “tsumma” yang sudah diterangkan sebelumnya dan yang dapat menunjukkan, sekadar sesuatu di samping sesuatu lainnya, atau urutan.
Di dalam surat an-Nazi’at ayat 27-33 disebutkan urutan antara kejadian-kejadian penciptaan secara jelas:
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”
Perincian nikmat-nikmat dunia yang Allah berikan kepada manusia, didahului dengan ajakan untuk memikirkan tentang penciptaan alam. Akan tetapi pembicaraan tentang tahap Allah menggelar bumi dan menjadikannya cocok untuk tanaman, dilakukan pada waktu pergantian antara siang dan malam telah terlaksana. Terang bahwa disini ada dua hal yang dibicarakan: kelompok kejadian samawi dan kelompok kejadian bumi yang diterangkan dengan waktu. Dengan begitu, mengandung arti bahwa bumi harus sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Allah membentuk langit. Jadi, evolusi bumi dan langit terjadi pada waktu yang sama, dengan kait-mengait antara fenomena-fenomena.
Dalam beberapa tafsir Al-Qur’an juga disebutkan bahwa bumi diciptakan terlebih dahulu, namun baru dihamparkan setelah langit diciptakan. Pengahamparan bumi maksudnya ialah pengeluaran segala makanan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya dari dalam bumi.
2.1.3 Proses fundamental pembentukan alam semesta
Dalam dua ayat Al-Qur’an, disajikan suatu sintesa singkat dari fenomena-fenomena yang menyusun proses fundamental tentang pembentukan alam semesta.
Surat al-Anbiya’ ayat 30:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Surat Fusshilat ayat 11:
“Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”
Dari ayat di atas dapat disimpulkan untuk sementara bahwa:
1. Keterangan adanya suatu kumpulan gas dengan bagian-bagian kecil yang sangat halus, dari mana kata “asap” atau “dukhan” dapat diinterpretasikan. Asap itu terdiri dari lapisan gas dan bagian-bagian kecil yang pada tekanan tertentu mungkin berada dalam tahap padat atau cair pada suhu rendah atau tinggi.
2. Menyebutkan proses pemisahan (fatq) dari suatu unsure yang padu (ratq). Fatq artinya memisahkan dan ratq artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen.
Konsep kesatuan yang berpisah-pisah menjadi beberapa bagian telah diterangkan dalam bagian-bagian lain dari Al-Qur’an dengan menyebutkan alam-alam ganda. Ayat pertama dari surat Al-Fatihah berbunyi:
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Kata-kata (alamin=alam-alam) terdapat berpuluh kali dalam Al-Qur’an. Langit-langit juga disebutkan sebagai ganda, bukan saja dalam bentuk jamak, tetapi dengan angka simbolik yaitu 7. Angka 7 dipakai 24 kali dalam Al-Qur’an untuk maksud bermacam-macam. Seringkali angka 7 itu berarti “banyak”.
Pakar Islam asal Turki, Prof. Harun Yahya, menafsirkan tujuh lapis langit dengan menganologikan atmosfir sebagai wujud langit. Analogi tersebut sangat mungkin sebab secara ilmiah atmosfir juga terdiri dari tujuh lapis. Setiap lapisan atmosfir dari yang paling bawah hingga paling atas mempunyai batas-batas yang tegas. Selain itu tingkat suhu pada masing-masing atmosfir berbeda-beda. Tujuh lapisan atmosfir yang dimaksud adalah: Troposfir (atmosfir paling bawah), Stratosfir (atmosfir kedua), Mesosfir (atmosfir ketiga), Termosfir (atmosfir keempat), Lonosfir (atmosfir kelima), Exosfir (atmosfir keenam), Magnetosfir (atmosfir ketujuh).
Pembaca modern yang membaca Al-Qur’an akan heran ketika ia menemukan suatu berita yang mengatakan bahwa bumi-bumi seperti bumi kita terdapat dalam kosmos., padahal sampai saat ini, belum ada yang dapat membuktikannya.
Dalam Surat At-Talaq ayat 12:
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.“
Karena angka “7” menunjukkan ganda yang tak ditentukan, kita dapat mengambil konklusi bahwa Al-Qur’an menunjukkan dengan jelas bahwa tidak hanya ada satu bumi, tetapi terdapat bumi-bumi lain yang serupa dalam kosmos ini.
Suatu hal lain yang menakjubkan pembaca Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang menyebutkan tiga macam benda yang diciptakan, yaitu:
- Benda-benda yang terdapat di langit.
- Benda-benda yang terdapat di atas bumi.
- Benda-benda yang terdapat di antara langit dan bumi.
2.1.4 Kesesuaian Al-Qur’an dan sains dalam teori penciptaan alam
1. Enam masa pada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Al-Qur’an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagaimana yang diterangkan dalam surat Fusshilat ayat 9-12, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita memberi contoh pada pembentukan matahari dan bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas,
kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan kesesuaian yang sempurna antara penjelasan Al-Qur’an dan penjelasan sains.
2. Tampak persesuaian antara wujud asap (pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Al-Qur’an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep sains tentang nebula primer (kelompok gas asli).
3. Kegandaan langit-langit yang diterangkan dalam Al-Qur’an dengan symbol angka 7 telah dibenarkan oleh sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain pihak, wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek, adalah suatu hal yang dapat kita pahami dari Al-Qur’an, tetapi sampai sekarang sains belum dapat membuktikannya. Namun, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin. P. Guerin, seorang ahli astrofisika, menulis: “Sistem planeter sudah terang, tersebar banyak dalam kosmos, system matahari dan bumi tidak satu-satunya yang ada”.
4. Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Al-Qur’an dapat dimengerti dengan ditemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar system astronomik teratur. Jembatan materi ini sudah dipastikan adanya, walupun sangat tidak padat, tetapi oleh karena memenuhi ruang yang sangat besar dan galaksi itu berjauhan sekali antara satu dengan lainnya, gas-gas tersebut dapat bertemu dengan kelompok lain yang walaupun tidak padat, dapat melalui kumpulann gas galaksi.
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak kesesuaian lainnya antara apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan yang ditemukan sains. Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Al-Qur’an sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak ada pertentangan antara ayat-ayat Al-Qur’an dan pengetahuan modern tentang penciptaan semesta.
2.2 TATA SURYA
Tata surya adalah sekelompok benda langit yang terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh planet-planet beserta satelitnya, asteroid, komet, dan meteor. Setidaknya ada dua anggapan mengenai alam semesta kita, yaitu Geocentris dan Heliocentris. Geosentris menjelaskan bahwa, pusat dari tata surya adalah Bumi, dimana Matahari yang mengelilingi bumi. Pendapat ini dikemukakan oleh ahli filsafat bernama Clausius Pteolomeus. Pandangan ini dianut orang selama 14 abad lamanya. Lalu pada abad 16, seorang ilmuwan Polandia yaitu Nikolas Kopernikus mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Geosentris. Ia mengemukakan konsep heliosentris. Heliosentris menjelaskan bahwa Matahari adalah pusat dari tata surya, dan bumi yang berputar mengelilingi Matahari.
2.2.1 Pembentukan tata surya
 Teori Hipotesis Kabut
Dikenalkan oleh Immanuel Kant Laplace (1796, ahli filosofi Jeman). Matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya. Karena putarannya itu, sebagian dari massa kabut tersebut lepas, membentuk gelang-gelang sekeliling bagian utama gumpalan kabut itu. Pada gilirannya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan yang pada akhirnya membeku dan membentuk planet-planet.
 Teori Planetesimal
Dikenalkan oleh Immanuel Kant Laplace (1796, ahli filosofi Jeman). Matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya. Karena putarannya itu, sebagian dari massa kabut tersebut lepas, membentuk gelang-gelang sekeliling bagian utama gumpalan kabut itu. Pada gilirannya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan yang pada akhirnya membeku dan membentuk planet-planet
 Teori Pasang Surut Bintang
Dikemukakan oleh James Jean dan Harold Jeffreys (1917). Ada sebuah bintang yang melintas dekat dengan matahari. Adanya gaya tarik bintang tersebut menyebabkan pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti pasang
surut air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Gaya tarik tersebut menyebabkan sebagian massa matahari terlepas dan membentuk planet-planet
 Teori Vortek dan Protoplanet
Teori Vortex, dikemukakan oleh Karl Von Weiszacker. Massa kabut (nebula) terdiri atas vorteks (pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Gerakan gas dalam nebula menyebabkan pola sel-sel yang bergolak (turbulen). Pada batas antar sel turbulen, terjadi tumbukan antarpartikel yang kemudian membesar dan menjadi planet. Teori protoplanet dikemukakan oleh Gerard P. Kuiper. Planet terbentuk melalui golakan (turbelensi) nebula yang membantu tumbukan planetesimal, sehingga planetesimal membesar menjadi protoplanet dan kemudian menjadi planet
Sumber: google.com
Bagian-bagian dari tata surya diantaranya adalah:
1. Matahari.
Matahari sangat penting bagi kehidupan di bumi. Matahari merupakan sumber energi (cahaya dan panas, juga mengontrol peredaran planet-planet. Matahari merupakan bola gas yg. t.d. 94% H2 (hidrogen) dan 5,9% He (helium), sisanya atom karbon (C) bersenyawa dengan unsur lainnya.Cahaya matahari berasal dari atmosfer matahari terluar (disebut Fotosfera) dgn suhu 6000◦ C. Lapisan
Kromosfera, permukaannya tidak rata membentuk lidah api (spikula) dgn suhu 25 juta derajat Celsius.
2. Merkurius
Merkurius adalah planet yang paling dekat dengan Matahari, yang disebut juga dengan bintang pagi atau bintang sore. Merkurius memiliki Diameter 4.878 km, rotasi selama 58,65 hari dan revolusi selama 88 hari. Merkurius tidak memiliki satelit dan atmosfer.
3. Venus
Venus adalah planet paling terang yang terlihat dadari bumi Jarak nya dari planet Matahari adalah 0.72 AU. Venus memiliki rotasi selama 243 hari, revolusi selama 224,5 hari. Rotasi planet Venus berlawanan dengan arah rotasi planet Bumi. Venus tidak mempunyai satelit, namun mempunyai atmosfer yang sangat tebal.
4. Bumi
Bumi adalah planet yang mempunyai sumber kehidupan, yang memiliki jarak 1 AU (93 juta mil) dari Matahari. Diameter bumi adalah 12.756 km, rotasi selama 23 jam 56 menit 4 detik, dan revolusi selama 365,25 hari. Bumi memiliki satu satelit (bulan) dan Mempunyai atmosfer 4 lapis.
5. Mars (Planet Merah)
Mars memiliki jarak dari matahari sekitar 1,52 AU. Mars juga memiliki diameter 6.794 km, Rotasi selama 24 jam 36 menit 23 detik dan revolusi selama 687 hari. Mars hanya memiliki dua satelit (Phobos dan Deimos) juga mempunyai atmosfer. Permukaan planet ini sangat dingin, sangat kering, banyak sinar ultra violet, tidak ada bahan orgnik, sering terjadi badai dan banyak pasir
6. Yupiter
Yupiter Merupakan planet terbesar dalam tata surya. Yupiter memiliki jarak dari matahari sekitar 5,20 AU. Yupiter memiliki Diameter 142.800 km, rotasi selama 9 jam 53 menit (tercepat), gravitasinya 2,64 kali gravitasi bumi, dan revolusi selama 11 tahun 10 bulan. Planet ini memiliki 16 satelit dan tidak ada informasi tentang atmosfernya.
7. Saturnus
Saturnus memiliki kabut yang mengitarinya yang disebut “cincin saturnus”. Jarak planet ini dari matahari sekitar 9,54 AU. Saturnus memiliki diameter 120.000 km, rotasi selama 10 jam 26 menit , revolusi : 29,45 tahun dan memiliki 17 satelit.
8. Uranus
Planet ini tidak terlihat tanpa menggunakan teleskop. Planet ini memiliki jarak sekitar 19,18 AU. Uranus memiliki diameter 50.800 km, rotasi selama 17 jam 6 menit , revolusi selama 84 tahun dan memiliki 15 satelit
9. Neptunus
Planet ini berwarna kebiru-biruan dengan menggunakan teleskop. Jarak dari matahari adalah 30,06 AU. Neptunus memiliki Diameter 48.600 km, rotasi selama 15 jam 48 menit, dan revolusi selama 165 tahun, Neptunus Memiliki 8 satelit dan atmosfera yang sebagian besar terdiri dari gas metana.
10. Pluto
Pluto Merupakan planet terjauh dari matahari yang jarak dari matahari sekitar 39,52 AU. Pluto meiliki diameter 3.000 km, rotasi selama 6,39 hari, revolusi selama 247,7 tahun dan memiliki satu satelit.
Benda-benda angkasa lainnya, adalah :
1. Asteroid : benda angkasa kecil mirip planet, jumlahnya ribuan, lintasannya antara planet Mars dan planet Yupiter (Ceres & Piazzi)
2. Komet (“bintang” berekor) : benda angkasa ini menampakkan ekornya yang panjang (gas inti komet menguap menjulur ke arah tetap menjauhi matahari
3. Meteor (“bintang” beralih) : sering terlihat di bumi pada malam hari ketika melintas atmosfera bumi. Karena bergesekan dengan atmosfera bumi, suhu meteor naik dan pijar serta menguap.
2.3 Bumi sebagai planet
2.3.1 Kelahiran bumi
Kita dapat menghitung umur dari bumi dengan menggunakan beberapa teori, diantaranya:
 Teori Sedimen
Pengukuran usia Bumi didasarkan atas perhitungan tebal lapisan sedimen yang membentuk batuan. Dengan mengetahui ketebalan lapisan sedimen rata-rata yang terbentuk setiap tahunnya dengan memperbandingkan tebal batuan sedimen yang terdapat di Bumi sekarang ini, maka dapat dihitung umur lapisan tertua kerak Bumi. Berdasar perhitungan macam ini diperkirakan Bumi terbentuk 500 juta tahun yang lalu.
 Teori Kadar Garam
Pengukuran usia Bumi berdasarkan perhitungan kadar garam di laut. Diduga bahwa mula-mula laut itu berair tawar. Dengan adanya sirkulasi air dalam alam ini, maka air yang mengalir dari darat melalui sungai ke laut membawa garam-garam. Keadaan semacam itu berlangsung terus-menerus sepanjang abad. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam setiap tahun, yang dibandingkan dengan kadar garam pada saat ini, yaitu kurang lebih 320, maka dihasilkan perhitungan bahwa bumi telah terbentuk 1000 juta tahun yang lalu.
 Teori Termal
Pengukuran usia Bumi berdasarkan perhitungan suhu Bumi. Diduga bahwa Bumi mula mula merupakan batuan yang sangat panas yang lama-kelamaan mendingin. Dengan mengetahui massa dan suhu Bumi saat ini, maka ahli fisika bangsa Inggris yang bernama Elfin memperkirakan bahwa perubahan bumi menjadi batuan yang dingin seperti saat ini dari batuan yang sangat panas pada permulaannya memerlukan waktu 20.000 juta tahun
 Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia bumi yang dianggap paling benar ialah berdasarkan waktu peluruhan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini, diperlukan pengetahuan tentang waktu paroh unsur-unsur radioaktif. Waktu paroh adalah waktu yang dibutuhkan unsur radioaktif untuk luruh atau mengurai sehingga massanya tinggal separoh. Berdasarkan perhitungan seperti tersebut, dapat disimpulkan bahwa usia bumi berkisar antara 5 sampai 7 ribu juta tahun.
2.3.2 Perkembangan Bentuk Permukaan Bumi
Ada beberapa teori mengenai perkembangan bentuk permukaan Bumi, diantaranya:
1) Teori Kontraksi
Teori ini dikemukakan oleh Descartes, yang menyatakan bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian dalam bumi karena konduksi panas. Pengerutan-pengerutan itu menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata.
2) Teori Apungan Benua (Continental Drift)
Teori ini dinyatakan oleh Alfred Wegener pada tahun 1912. Menurut Wagener, dipermukaan bumi awalnya hanya terdapat sebuah benua besar yang disebut pangea serta sebuah samudera yang disebut Tethys.
Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator dan baear mencapai posisi seperti sekarang.
3) Teori Laurasia dan Gondwana
Awalnya seorang ilmuwan bernama AntonioSnidar-Pellegrini mengatakan bahwa benua-benua, terutama Afrika dan Amerika Selatan, merupakan benua yang pernah bersatu . Frank B Taylor (1910) menyatakan bahwa pada mulanya hanya terdapat dua benua di bumi, Laurasia dan Gondwana. Kedua benua tersebut kemudian bergerak secara perlahan ke arah ekuator sehingga terpecah-pecah membentuk benua-benua yang tampak sekarang. Amerika Selatan, Afrika dan Australia dahulu menyatu dalam Gondwanaland.
4) Teori Pergeseran Dasar Samudera
Teori ini merupakan hasil dari pengembagan teori konveksi, yang dikemukakan oleh seorang geolog bernama Robert Diaz. Penelitian topografi dasar laut menemukan bukti-bukti tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar ke kedua sisinya
5) Teori Arus Konveksi
Teori ini dikemukan oleh tokoh yang bernama Holmes (1923). Teori ini menyatakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata
6) Teori Lempeng tektonik
Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker dan merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya (teori kontraksi, teori Laurasia-Gondwana, teori Apungan Benua, teori arus konveksi, dan teori pergeseran dasar samudera
Teori menyatakan bahwa kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng yang saling berhubungan. Aliran arus konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar ke kedua sisinya, sedangkan bagian lainnya akan masuk kembali ke dalam dan bercampur dengan materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan yang di tandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis
Pada saat ini di permukaan bumi terdapat 6 lempeng utama, yaitu :
1. Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk Indonesia
2. Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan setengah bagian barat Lautan Atlantik
3. Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik, dan barat laut Lautan Hindia
4. Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik
5. Lempeng Indo-Australia, wilayanhnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta subkontinen India dan Australia bagian barat
6. Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan Antartika
2.3.3 Proses Pelapisan Bumi
 Tahap 1
Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi diferensiasi dan zonafikasi
 Tahap 2
Proses diferensiasi, yaitu material besi yang lebih berat tenggelam menuju pusat bumi dan material yang lebih ringan bergerak ke permukaan
 Tahap 3
Proses zonafikasi, tahap dimana bumi terbagi menjadi beberapa zona atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah, zona transisi, astenosfer yang cair dan litosfer yang terdiri atas kerak benua dan kerak samudera
2.3.4 Lapisan-Lapisan Bumi
1. Lapisan Litosfer
Lapisan ini adalah lapisan terluar bumi, yang terdiri dari kerak benua/lempeng benua yang memiliki ketebalan 40km dan kerak samudera/lempeng samudera setebal 8 km. Kerak Benua tersusun atas batu granit dengan kepadatan rendah yang mengandung Silisium dan Alumunium (Si-Al) dan kerak samudera tersusun atas batuan basalt yang mengandung Silisium dan Magnesium (Si-Ma) dengan kepadatan tinggi. Lapisan Si-Al memiliki densitas = + 2,8 g/cm3, dan lapisan Si-Ma memiliki densitas = 3,2 g/cm3. 95% litosfer tersusun atas batuan beku. Lapisan paling atas dari litosfer adalah batuan sedimen.
Antara lapisan kerak bumi dengan dan lapisan mantel dibatasi oleh lapisan yang disebut lapisan diskontinuitas mohorovicic (moho), yaitu lapisan dimana terjadi perubahan sifat-sifat fisis yang tajam antara kerak bumi dan mantel, terutama densitas dan elastisitas batuan. Kutub magnet bumi di BBU terletak di dekat lintang 73o, bujur 100oB di Kepulauan Kanada, sedangkan kutub magnet bumi BBS berada di dekat lintang 68oS, bujur 146oT pada ujung Antartika
2. Mantel
Lapisan ini terletak antara kerak Bumi dan inti Bumi, yang Terdiri atas dua lapisan, yang bersifat cair dan bersifat padat. Lapisan mantel yang bersifat cair disebut astenosfer, lapisan ini berdekatan dengan kerak bumi. Sekitar 80% volume Bumi merupakan mantel dan tersusun atas mineral besi dan megnesium silikat. Didalamnya terdapat arus konveksi yang menimbulkan tekanan yang besar
3. Inti Bumi
Inti Bumi tersusun atas logam besi dan nikel (NiFe). Jari-jari inti Bumi berukuran + 3370 km. Lapisan Si-Al di inti Bumi memiliki densitas + 10 gr/cm3. Inti Bumi dapat dibagi menjadi 2 yaitu inti dalam dan inti luar. Inti dalam bersifat padat dan inti luar bersifat cair yang merupakan penyebab munculnya medan magnet Bumi.
2.3.5 Gerakan Rotasi Bumi
Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur dan sekali putar memerlukan waktu 23 jam 56 menit 4 detik. Gerakan bumi berputar pada porosnya disebut Rotasi Bumi. Akibat rotasi bumi:
1. Gerakan semu harian matahari
2. Pergantian siang dan malam
3. Pembiasan arah angin dan arus laut
4. Perubahan waktu antara tempat yang berbeda garis bujurnya
Bentuk bumi bulat pepat, bagian kutub mengalami pemepatan dan bagian ekuator menggembung.
2.3.6 Gravitasi Bumi
Merupakan suatu kekuatan (gaya) yang senantiasa mengarah ke bawah (tegak lurus bumi).
Gaya gravitasi di setiap tempat di muka bumi tidak sama, karena adanya perbedaan dalam hal:
1. Jari-jari ke kutub dan ke ekuator tidak sama
2. Ketinggian tempat tidak sama
3. Kerapatan batuan yang menyusun kulit bumi tidak sama (pengaruhnya besar)
Akibat gravitasi bumi:
a. Materi/benda di bumi punya bobot, tdk melayang. Makin ke kutub, bobot benda makin besar
Hidrosfera (Lapisan Air)
Hidrosfer (Hydro=air; sphaira=bulatan) ialah semua perairan yang berada di bumi, yaitu: samudra, lautan, danau, sungai dan air tanah. Air hujan dan salju tdk
mengandung garam atau mineral terlarut (air tawar). Air laut mgd. garam yaitu garam dapur (NaCl) dan garam Inggeris (MgSO4). Kira-kira 71 % dari planet Bumi ini merupakan lapisan air.
Berdasarkan sifatnya, atmosfer dibedakan :
1. Lapisan troposfer:
* Tinggi di daerah tropika : + 18 km
* Tinggi di daerah kutub : + 6 km
* Terjadi perubahan cuaca sehari-hari: awan, embun, hujan, salju, angin di lap.ini
* Terdpt gejala “Lapse rate” artinya setiap naik 100 m suhu akan turun rata-rata 0,6o C Ketinggian 5000 m suhu –4o C.
2. Lapisan Stratosfer
* Kenaikan suhu pada lapisan ini disebab-kan oleh unsur Ozon (O3) yang menyerap radiasi ultra violet dari matahari.
* Stratosfer bagian atas dibatasi oleh Stratopause yang terletak pada ketinggian 60 km.
* Lapisan di atas stratopause, disebut Mesosfer, yang terletak antara ketinggian 60 – 80 km.
3. Lapisan Mesosfer
* Lapisan ini ditandai dengan penurunan suhu rata rata 0,40 C setiap naik 100 m
* Suhu yang paling rendah (kira-kira – 100 oC) pada lapisan mesosfer, terletak pada ketinggian 85 km.
4. Lapisan Termosfer
* Dibatasi oleh termopause, yang terletak pada ke-tinggian 300 – 1000 km.
* Suhu pada malam hari berkisar 300o C – 1200o C dan pada siang hari antara 700o C – 1700o C
Atmosfer penting bagi kehidupan di bumi, karena:
1. Sebagai pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke angkasa pada malam hari.
2. Menghambat jatuhnya meteor ke permukaan bumi.
3. Adanya gaya gravitasi mengakibatkan atmosfer berputar bersama bumi setiap hari
4. Udara tidak melayang terlalu jauh ke angkasa, memungkinkan semua mahluk hidup dapat hidup
Lapisan atmosfer berisi campuran gas-gas, yaitu:
• Nitrogen (N2) jumlahnya banyak, membentuk senyawa organik dalam tubuh mahluk hidup
• Oksigen (O2) penting bagi kehidupan, meng-ubah zat makanan menjadi energi (tenaga)
• Carbon dioksida (CO2) dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis
• Gas-gas lain dalam atmosfer adalah Argon (Ar), Neon (Ne), Helium (He), Kripton (Kr), Xenon (Xe) Higrogen (H2), Metana (CH4), Ozon (O3) & Uap air
2.4 PEMBENTUKAN BENUA DAN SAMUDERA
2.4.1 Pergerakan Benua Menurut Perspektif Quran
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. [QS Ar-Ra’d (13):4]
Ayat ini dengan sangat jelas menginformasikan apa yang sekarang dikenal dengan "plate tectonic", adanya lempengan-lempengan samudra dan lempengan-lempengan benua yang berdampingan. Kebun-kebun dan pohon-pohon mempunyai arti adanya daerah-daerah atau tempat-tempat yang subur, dan ini terbukti di perbatasan pertemuan lempeng samudra dan lempeng benua terbentuk barisan pegunungan berapi yang karenanya tempat-tempat itu menjadi subur.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS An-Naml (27):88]
Sains membuktikan bahwa baik benua maupun gunung-gunung (berapi) memang bergerak, sejak semua benua masih menyatu (pangea) pada sekitar 250 juta tahun lalu hingga kini.
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” [QS An-Nahl (16):15]
“dan gunung-gunung sebagai pasak.” [QS An-Nabaa’ (78):7]
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,” [QS An-Naazi’at (79):32]
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” [QS Al-Anbiya 21:31]
2.4.2 Teori Terbentuknya Benua
Wegener, seorang ahli geografi bangsa Jerman, mengemukakan teori pergeseran benua yang disebut juga teori Wegener. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa ketika kulit bumi mendingin terjadi satu kontinen besar. Karena kontinen itu ringan maka terapung di atas batuan yang lebih berat yang ada di bawahnya. Setelah itu mulai terbagi menjadi dua blok. Satu blok di belahan utara dan yang lain di belahan selatan. Kedua blok itu dipisahkan oleh samudera yang disebut Tethys. Karena blok-blok ini terapung dan bergerak maka pecah menjadi bagian yang lebih kecil.
Blok Utara membentuk Amerika Utara dan Erasia. Blok Selatan menjadi Amerika Selatan, Afrika, Australia dan Antartika. Pada waktu itu laut thetys dipersempit dan menjadi laut Mediteran, laut Hitam dan laut Kaspia. Teori ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk pantai kontinen, misalnya bentuk pantai antara Afrika dengan Amerika Selatan dan antara Erasia pernah satu blok. Sekitar 180 juta tahun lalu benua Afrika dan Amerika Selatan merupakan satu daratan. India diduga dari potongan-potongan benua kuno Gondowana land. Potongan-potongan ini bergerak kearah Utara sejauh 5.000 kilometer dan ahirnya bertabrakan dengan benua Asia. Proses tabrakan ini menghasilkan tekanan ke atas yang amat besar yang mengakibatkan terbentuknya pegunungan Himalaya.
Teori ini didukung oleh fakta bahwa sepanjang Timur dari Amerika Selatan ternyata mempunyai bentuk dan lekukan yang sama dengan lekukan pada benua Afrika sebelah Barat dan lekukan bagian Selatan benua Australia cocok dengan tonjolan benua Antartika.
Alasan untuk membuktikan teori ini adalah fosil-fosil tumbuh-tumbuhan dari batuan purba. Ternyata fosil tumbuh-tumbuhan tertentu terdapat di dalam batuan purba baik di Amerika Selatan, Afrika India dan Siberia. Bukti ini memperkuat dugaan bahwa daerah-daerah tersebut pernah bersatu (berhubungan).
2.4.3 Teori Terjadinya Samudera
Samudra adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar
Ada lima samudra di bumi yaitu:
· Samudra Antarktika / Lautan Selatan
· Samudra Arktik
· Samudra Atlantik
· Samudra Hindia
· Samudra Pasifik / Lautan Teduh
Ada beberapa teori tentang terjadinya samudera, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Contraction theory (teori kontraksi)
Beberapa waktu setelah bumi terbentuk, bumi masih dalam keadaan panas. Kemudian mulai mendingin dan terbentuklah kulit bumi. Dalam waktu jutaan tahun terjadi perubahan-perubahan di dalam bumi di bawah kulit bumi. Karena terjadi pengerutan kulit bumi menyebabkan batuan yang ringan dari kulit bumi melengkung dan retak maka magma keluar ke permukaan bumi. Semua perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya continent dan cekungan samudera. Kita mengetahui bahwa kulit bumi di bawah samudera yang dalam sangat tipis. Di bawah batuan kulit bumi itu terdapat batuan yang lebih berat yang disebut Astenosfer (mantel).
2. Gravity theory (teori Gravitasi)
Beberapa sarjana mengira bahwa cekungan samudera terbentuk ketika suatu bintang besar melintas dekat bumi. Karena gravitasi maka terjadi tarik menarik antara bintang tersebut dengan bumi. Diduga karena bumi masuh panas dan lunak maka sebagian kulit bumi tertarik ke angkasa luar. Bekasnya menjadi cekungan samudera yang menurut teori ini adalah cekungan samudera Pasifik. Sedangkan bagian bumi yang terlepas adalah bulan.
3. Meteorit theory (teori Meteorit)
Menurut teori meteorit terjadinya cekungan samudera akibat jatuhan dari meteor. Diduga bahwa lekukan-lekukan danau kawah di bulan dan samudera di
bumi terjadi oleh hal yang sama. Karena adanya benturan meteor yang begitu kuat maka pinggir- pinggir tempat meteor itu jatuh terjadi peninggian. Itulah yang menyebabkan terjadinya pegunungan pantai di sekitar beberapa samudera, seperti pegunungan Andes yang memanjang di sepanjang pantai Pasifik di Amerika Selatan.
4. Continental Drift Theory (teori pergeseran benua)
Pada saat bumi terbentuk, hanya berupa satu benua (superkontinental) Pangeae. Superkontinental ini retak menjadi 3 bagian, yaitu Eropa-Asia, Amerika-Afrika, dan Australia-Antartika. Kemudian Amerika-Afrika pecah. Pada saat itu, celah di antaranya membentuk Samudera Atlantik. Anak benua India yang tadinya menempel di benua Afrika, pecah dan bergerak ke utara lalu menabrak benua Asia lalu membentuk pegunungan Himalaya dan Samudera Hindia.
Pada saat bumi berotasi, ada sebagian massanya yang terlempar keluar, yang membentuk bulan, dan bagian yang tinggal berbentuk cekungan menjadi Samudera Pasifik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keinginan yang mendalam akan proses terbentuknya alam semesta menjadi dasar munculnya banyak teori mengenai hal tersebut. Ada teori yang mengatakan alam semesta adalah sesuatu tanpa awal, dan ada juga teori yang mengemukakan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Teori yang mengajukan hal tersebut dinamakan teori Big Bang. Teori ini sesuai dengan apa yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an yang diturunkan 14 abad yang lalu. Hal ini sungguh mnegejutkan bahwa apa yang baru ditemukan oleh ahli beberapa tahun belakangan ini, ternyata telah diceritakan dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah salah satu bukti terpenting yang memungkinkan kita mengetahui keberadaan Allah.
Pengetahuan yang mendalam akan proses terciptanya alam semesta akan membuahkan bertambahnya keimanan kita kepada Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dengan proses yang begitu kompleks dan sempurna. Selain itu, dengan memperhatikan alam semesta beserta isinya, akan semakin menambah kekaguman kita akan kebesaran Allah. Dan semoga hal itu akan membuat kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.2 Kritik dan Saran
Tidak dipungkiri, bahwa sebagai manusia biasa tentunya konsekwensi salah dan khilaf itu juga berlaku pada pribadi kami masing-masing. Juga sangat mustahil, jika kami mampu mencapai keidealan dan kesempurnaan karya. Tentulah ada di sana-sini bercak yang sedikit banyak telah mencemari dan mengurangi kesempurnaan dan keidealannya sehingga tampaklah ketidaksempurnaan atau kecacatannya.
Berangkat dari itu semua, di akhir pembahasan makalah ini dan sebelum kami tutup, ada baiknya dan mungkin itu memang sangat baik dan dibutuhkan,
kami membuka kritik, saran, dan sejenisnya yang membangun agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami di kemudian hari.
Tak pelak, apa yang ada di tangan Anda ini adalah bahasan yang masih rancau kronologinya. Secara teoritis, semua yang terangkul dalam tulisan ini adalah bersumber dari para tokoh hebat penggagas ide-ide besar. Tetapi kami selaku penyusunnya adalah pribadi-pribadi kerdil yang tidak begitu solid pemahamannya.
Meski demikian, kami berbesar harapan semoga kesalahan-kesalahan itu tidak sampai merusak esensi dasar dan nilai-nilainya. Dan kami sangat bersyukur jika nantinya ada masukan-masukan dari pembaca yang bisa mengurangi kesalahan-kesalahan itu.
Demikian akhir makalah kami, semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bucaille, Maurice. 2001. Bibel, sains, Qur’an, dan sains modern. Jakarta: Bulan Bintang.
Yasin, Maskuri. 2005. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://sdnbanyuraden.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-alam-semesta-harun-yahya.html
http://bambangriyantomath.files.wordpress.com/2009/05/terbentunya-alam-semesta.doc

This entry was posted on Monday, November 25, 2013 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Powered by Blogger.