BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran adalah segala
usaha pengaturan proses belajar mengajar, dalam rangka tercapainya proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Pada dasarnya, manajemen pembelajaran
merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran
yang dikategorikan dalam kurikulum inti maupun penunjang, berdasarkan kurikulum
yang telah ditetapkan sebelumnya; oleh Kementrian Pendidikan Nasional atau
Kementrian Agama.
Menurut
Ibrahim Bafadhal, manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses
belajar mengajar dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien. Manajemen program pembelajaran sering disebut dengan manajemen
kurikulum dan pembelajaran.
Pengertian
manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas, dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari
perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran. Pendapat lain
menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pengelolaan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran dapat juga
diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui
aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang
lain, berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu
dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.
Dengan
berpijak dari pernyataan-pernyataan terkait definisi manajemen pembelajaran
tersebut, maka dapat dibedakan antara pengertian manajemen pembelajaran dalam
arti luas dan manajemen pembelajaran dalam arti sempit.
Dalam
arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola
bagaimana membelajarkan pebelajar –peserta didik— dengan diawali dengan
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan
penilaian. Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai
kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan
peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Beberapa
pakar pendidikan dan manajemen memiliki definisi masing-masing tentang
manajemen pembelajaran, sesuai dengan pola pikir dan latar belakang
profesionalisme mereka. Namun demikian, secara global definisi mereka nyaris
memiliki kesamaan bahwa, manajemen pembelajaran merupakan proses mengelola,
yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian
(pengarahan), dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses
membelajarkan peserta didik dengan mengikutsertakan berbagai faktor didalamnya,
guna mencapai tujuan.
Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa manajemen pembelajaran merupakan kegiatan
mengelola proses pembelajaran, sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah
satu bagian dari serangkaian kegiatan dalam manajemen pendidikan.
Dalam
manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai manajer adalah guru atau
pendidik. Sehingga dengan demikian, pendidik memiliki wewenang dan tanggung
jawab untuk melakukan beberapa langkah kegiatan manajemen yang meliputi
merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengendalikan
(mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada
kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan tujuan pembelajaran,
yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek,
yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh
karena itulah, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan
maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan.
Perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil berpikir
secara rasional, tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu –perubahan
tingkah laku peserta didik setelah melalui pembelajaran— serta upaya yang harus
dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam perencanaan
pembelajaran ini pendidik membuat perangkat pembelajaran.
Pada
kegiatan mengorganisasikan pembelajaran, pendidik mengumpulkan dan menyatukan
berbagai macam sumber daya dalam proses pembelajaran; baik pendidik, peserta
didik, ilmu pengetahuan serta media belajar. Dan dalam waktu yang sama,
mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada dengan tujuan yang akan
dicapai.
Pada kegiatan mengendalikan
(mengarahkan) pembelajaran, pendidik melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran
yang telah dibuat di awal dalam perangkat pembelajaran, guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pada
kegiatan mengevaluasi pembelajaran, pendidik melakukan penilaian (evaluasi)
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam kegiatan menilai itu lah
pendidik dapat menemukan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta sejauh
mana tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sehingga kemudian dapat menemukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya. Melalui
kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini kemudian dapat dilakukan upaya perbaikan
pembelajaran.
Senyatanya,
manajemen pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Sehingga dalam manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa
kegiatan dan hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa bagian terpenting
dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: penciptaan lingkungan
belajar, mengajar dan melatihkan harapan kepada peserta didik, meningkatkan
aktivitas belajar, dan meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Disamping itu,
dalam penyusunan materi diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah
psikomotorik, dan rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain rancangan
tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.
B.
FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
Adapun
fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi
awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan
menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.
Yang
dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam
kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran
yang mencakup usaha untuk :
a. Menganilisis tugas.
b. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
atau belajar.
c. Menulis tujuan belajar.
d. Model perencanaan Pengajaran
Suatu model perencanaan pengajaran
sistematik, mengandung beberapa langkah, yaitu :
-
Identifikasi Tugas-tugas.
-
Analisis Tugas.
-
Penetapan Kemampuan.
-
Spesifikasi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap.
-
Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Latihan.
-
Perumusan Tujuan.
-
Kriteria Keberhasilan Program.
-
Organisasi Sumber-sumber Belajar.
-
Pemilihan Strategi Pengajaran.
-
Uji Lapangan Program.
-
Pengukuran Realibitas Program.
-
Perbaikan dan Penyesuaian.
-
Pelaksanaan Program.
-
Monitoring Program.
2. Tujuan
Pengajaran
Setiap
lembaga pendidikan nasional bermuara kepada pencapaian tujuan dan fungsi
pendidikan yang dinyatakan dalam pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003:
”Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi serta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Tujuan dalam
pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan atau prilaku (performance)
murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang
disajikan oleh guru.
Menurut pendapat Bloom (1956) bahwa
tujuan pengajaran harus mengaju kepada tiga dominan (kawasan pembinaan) untuk
pengembangan pribadi anak, yaitu :Kognitif,Afektif, dan Psikomotorik.
Guru sebagai manajer dapat
mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan
beberapa metode, yaitu :
Metode
Ceramah.
Metode
Demontrasi.
Metode
Diskusi.
Metode
Tanya-Jawab.
Metode
Driil atau Latihan Siap.
Metode Resitasi atau Pemberian Tugas
Balajar.
3. Pengelolaan Kelas
Arikunto (1992) berpendapat bahwa
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru
(penanggung-jawab) dalam membantu murid sehingga dicapai kondsi optimal
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan kelas berkaitan dengan dua
kegiatan utama, yaitu :
a. Pengelolaan yang berkaitan dengan siswa.
b. Pengelolaan yang berkaitan dengan fisik
(ruangan, perobot, alat pelajaran).
Adapun
tujuan pengeloalaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang
berkaitan dengan siswa adalah mengenai besar atau kecilnya ukuran atau jumlah
siswa dalam satu kelas.
Besarnya jumlah siswa dalam satu kelas
diharapkan dapat memberikan dampak, diantaranya :
a. Produktivitas kelompok maupun
pengetahuan pribadi tentang hasil (tugas).
b. Perselisiihan kelompok, rasa harga diri
individu (relasi antar anggota siswa).
Davis (1991) menyimpulkan bahwa
efektivitas kelompok atau kelas dalam mencapai tujuan belajar adalah produk
dari orientasi tugas dan relasi.
4. Kepemimpinan dalam Pembelajaran
Kepemimpinan sebagi prilaku seorang
pimpinan dalam mempengaruhi individu dan kelompok orang dapat berlangsung
dimana saja. Kepemimpinan dalam organisasi sekolah adalah kepemimpinan
pendidikan.
Menurut
Sue dan Glover (2000) dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah mendorong
murid untuk mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas
manajemen, struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk
menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.
Dalam
situasi pembelajaran diperlukan manajemen pembelajaran untuk semuayang terlibat
dalam memudahkan proses pembelajaran. Guru adalah motivator untuk mempengaruhi
siswa melakukan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, guru sebagi pemimpin
melakukan dua usaha utama, yaitu :
a. Memperkokoh Motivasi Siswa.
b. Memilih Strategi mengajar yang tepat.
Menurut
Gordon (1997:23) hubungan antara guru dengan murid paling tidak ada beberapa
hal yang musti diperhatikan, yaitu :
a. Keterbukaan dan transparan.
b. Penuh perhatian.
c. Saling ketergantungan dari pihak yang
satu dengan pihak yang lain.
d. Keterpisahan, untuk memungkikan guru dan
murid menumbuhkan dan mengembangkan keunikan, kreativitas, dan individualis
masing-masing.
e. Pemenuhan kebutuhan bersama.
4. Memperkuat
Motivasi Siswa
Persoalan motivasi bukan hanya kajian
dalam psikologi, tetapi juga berkaitan dengan manajemen dan pembelajaran.
Menurut
Davis (1996) kegiatan motivasi ialah ”Kekuatan yang tersembunyi didalam diri
dan mendorong seseorang berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khusus”.
Menurut
Mitchell (Sue dan Glover, 2000) berpendapat bahwa motivasi adalah sebagai suatu
tingkatan kejiwaan berkaitan dengan keinginan individu dan pilihan untuk
melakukan prilaku tertentu.
Robins
(1984) mengemukakan tingkatan kebutuhan sebagai dasar motivasi sesuai dengan
pendapat Maslow, yaitu :
a. Kebutuhan Psikologis,
b. Mencakup : Lapar, Haus, dan Dorongan
Seksual.
c. Kebutuhan Rasa Aman,
d. Mencakup : Keamanan dan Perlindungan
Fisik dan Emosi.
e. Kebutuhan Sosial,
f. Mencakup : Kepemilikan, Penerimaan, dan
Persahabatan.
g. Kebutuhan Harga Diri, Mencakup : (Faktor
Internal) Harga Diri, Otonomi, dan Prestasi. (Faktor Eksternal)
Status, Pengakuan, dan Perhatian.
h. Kebutuhan Aktulisasi Diri, Mencakup : Pertumbuhan,
Pencapaian Potensi Individu.
5. Evaluasi
Pembelajaran
Dalam konteks
manajemen pembelajaran, kontrol (pengawasan) adalah suatu pekerjaan yang
dilakukan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi organisasi serta
pimpinananya telah dilaksanakan dengan baik mencapai tujuan-tjuan yang
ditentukan.
Johnson,
dkk (1978) mengutip pendapat Henri Fayol (1949), Mokler (1970), dan Wiener
(1950), yang memberikan dasar teori kontrol lebih awal mengenai konsep ilmu
tentang kontrol diatas sistem yang kompleks, informasi dan komunikasi.
Oleh karena itu, Hamalik memberikan tiga
implikasi, yaitu :
Evaluasi
adalah proses yang terus-menerus bukan hanya pada akhir pengajaran, akan tetapi
dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya
pengajaran.
Proses
evaluasi senantiasa diarahkan kepada tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan
jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
Evaluasi
menuntut pengguanaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
Jenis-jenis Evaluasi adalah sebagai
berikut :
a. Evaluasi formatif adalah yang berfungsi
untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
b. Evaluasi sumatif adalah evaluasi untuk
menentukan angka kemajuan hasil belajar siswa.
Insrumen
evaluasi hasil belajar disebut juga teknik tes atau teknik non tes. Evaluasi
menempati posisi yang sangat strategis dalam proses belajar mengajar (PBM).
Kedudukan evaluasi hampir sama dengan tujuan dan memiliki hubungan yang erat
dalam sistem pengjaran.
7. Peningkatan Mutu dalam Pembelajaran
Spanbauer dalam Hubbard, ed
((1993:394) menjelaskan sekolah-sekolah yang berhasil, telah menerapkan dua
strategi utama, yaitu :
Mengunakan
pendekatan sistem yang melakukan peninjauan ulang secara lebih cepat terhadap proses
yang berhubungan langsung dengan pelajar.
Hal
yang paling penting dan langsung berdampak positif adalah terlibatnya guru-guru
secara aktif dalam pembuatan keputusan dan manajemen sekolah.
Spanbauer
(1993) mengemukakan komponen-komponen dari model implementasi Total Quality
Management (TQM) dalam pendidikan sebagai berikut :
A. Kepemimpinan.
B. Pendekatan Fokus Terhadap Pelanggan.
C. Iklim Organisasi.
D. Tim Pemecah Masalah.
E. Tersedia Data yang Bermakna.
F. Metode Ilmiah dan Alat-alat.
G. Pendidikan dan Pelatiahan.
Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran
unggul, maka harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
A. Guru,
B. Siswa,
C. Metode Mengajar,
D. Manajemen Pembelajaran,
E. Psikologi Pembelajaran,
F. Lingkungan Belajar,
G. Sarana, Prasarana, Media, Laboratorium,
dan Dana.
9. Aplikasi
Total Quality Management (TQM) di Kelas
Menurut
Spanbauer (1994) TQM merupakan payung bagi strategi peningkatan mutu sekolah,
seperti pembelajaran percepatan (accelerated learning), manajemen berbasis
lingkungan, pemberdayaan guru, pendidikan berbasis hasil, efektivitas lembaga,
pendidikan berbasis masyarakat dan pembelajaran berpusat kepada muri,
diharapkan akan dapat memberdayakan pendidikan.
C. Hubungan guru
dan siswa dalam rangka manajemen pembelajaran
Seorang
guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
siswanya. Untuk memahami permasalahan siswa, guru sebaiknya mengikuti delapan
gambaran tentang guru seperti yang dikemukakan oleh Thomas Gordon sebagai
berikut :
1. Guru yang baik adalah guru tenang
(tetapi tidak “louo”), tidak pernah kehilangan ketenangannya, tidak pernah
menunjukkan emosi yang menyala.
2. Guru yang baik tidak pernah mempunyai
syak wasangka terhadap siswa, bertindak adil (tidak pernah membedakan siswa
dari segi agama, suku, asal-usul dan sebagainya yang dapat menyebabkan
timbulnya harga diri rendah).
3. Guru yang baik adalah yang dapat
menyembunyikan perasanaannya dari pandangan siswa.
4. Guru yang baik adalah guru yang dapat
memandang semua siswanya sama, seshingga tidak mempunyai siswa kesayangan.
5. Guru yang baik adalah guru yang mampu
meciptakan lingkungan belajar yang menarik, bebas, member dorongan kepada
siswanya untuk sadar dan mau belajar demi belajar.
6. Guru yang baik adalah guru yang
konsisten, tidak pernah berubah-ubah pendirian, lupa, berperasaan tinggi atau
rendah, atau sering berbuat kesalahan.
7. Guru yang baik adalah guru yang pandai,
cekatan, mampu memberikan jawaban semua pihak sehingga pihak yang mengajukan
pertanyaan menjadi puas, bijaksana dalam memperlakukan siswa.
8. Guru yang baik adalah guru yang sanggup
memberikan bantuan secara maksimal kepada siswa sehingga siswa-siswi tersebut
dapat berkembang secara optimal di sekolah.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa guru yang baik haruslah mempunyai kelebihan dalam segala hal: harus lebih baik, lebih memiliki pengalaman, lebih menguasai pengetahuan, lebih sempurna dibandingkan dengan orang lain. Kepada mereka yang ingin mendapat julukan guru yang baik harus sabar, membei banyak kebebasan pada siswa, jujur, konsisten, cermat, dan lain-lain.. Seperti yang pernah dikatakan oleh KH. Imam Zarkasyi :
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa guru yang baik haruslah mempunyai kelebihan dalam segala hal: harus lebih baik, lebih memiliki pengalaman, lebih menguasai pengetahuan, lebih sempurna dibandingkan dengan orang lain. Kepada mereka yang ingin mendapat julukan guru yang baik harus sabar, membei banyak kebebasan pada siswa, jujur, konsisten, cermat, dan lain-lain.. Seperti yang pernah dikatakan oleh KH. Imam Zarkasyi :
”الإنسان محل الخطأ والنسيان إلا المدرس”
Manusia itu tempatnya salah dan lupa, kecuali guru.
Seorang guru dituntut untuk lebih baik dari segala hal. Dan jangan sampi kekurangannya Nampak didepan siswanya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa guru yang baik harus berbudi luhur!
Menurut Thomas Gordon, guru yang baik adalah guru yang manusia biasa, yakni guru yang mempunyai keunikan sendiri yang tidak sama dengan guru lain. Mereka ingin lebih dekat dengan siswanya yang merupakan manusia juga. Maka dapat dikatakan bahwa model hubungan yan baik anatara guru dan siswa adalah apabila guru dan siswa sama-sama pernah merasakan menang dan merasakan kalah
Siswa
akan dapat belajar dengan baik apabila dapat terjalin hubungan yang baik antara
guru dengan siswa. Menurut Thomas Gordon, hubungan yang baik antara guru dengan
siswa adalah hubungan yang :
1. Memiliki keterbukaan (openness or
transparency) sehingga masing-masing pihak merasa bebas bertindak dan saling
menjaga kejujuran.
2. Mengandung rasa saling menjaga, saling
membutuhkan serta saling berguna bagi pihak lain.
3. Diwarnai oleh rasa saling tergantung
satu sama lain.
4. Masing-masing pihak meraskaan terpisah
satu sama lin sehingga saling memberikan kesempatan untuk mengembangkan
keunikannya, kreativitasnya dan individualisasinya.
5. Dirasakan oleh masing-masing pihak
sebagai tempat bertemunya kebutuhan-kebutuhan sehingga kebutuhan satu pihak
hanya dapat terpenuhi bersama-sama dengan dan melalui terpenuhinya kebutuhan
pihak lain.
D. Peranan guru dalam mengatasi masalah siswa
Ketrampilan guru dalam menangani masalah siswa berhubungan
dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan
maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan
optimal. Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang walaupun guru telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang
relevan tetap saja terjadi kembali, guru dapat meminta bantuan : Kepala
Sekolah, Konselor/BP, Waka kesiswaan untuk membantu mengatasinya.
Bukanlah
kesalahan professional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan anak
didik dalam kelas berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat
strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus
menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di
kelas Strategi Yang Dapat Digunakan
1.
Modifikasi Tingkah Laku Guru hendaklah menganalisis tingkah anak
didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku tersebut.
Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
Dapat kerjasama dengan rekan kerja mengatasi masalah Merinci dengan tepat
tingka yang menimbulkan masalah Memilih dengan teliti tingkah yang diperbaiki
dengan mudah untuk diubah, tingkah yang paling menjengkelkan yang sering muncul.
Tepat memilih pemberian penguatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan
tingkah yang telah menjadi baik.
2.
Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok Memperlancar tugas,
mengadakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas. Memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan
menangani konflik yang timbul.
3.
Menemukan dan memecahkan tingkahlaku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru
yang muncul, guru harus mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidak
patuhan tingkah tersebut. Serta berusaha mencari pemecahanya.
Hal-hal yang harus di hindari dalam menangani masalah siswa.
A.
Campur Tangan Yang Berlebihan
Seperti guru menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komen
atau petunjuk mendadak, maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Kesan
guru tidak memperhatikan kebutuhan siswa, hanya memuaskan dirinya saja.
B.
Kelenyapan
Terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi
penjelasan atau petunjuk, komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau
sajian tanpa alas an yang jelas dan membiarkan pikiran anak mengawang-awang.
C.
Ketidak tepatan memulai dan mengahiri kegiatan
Terjadi jika guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri
aktivitas sebelumnya.
D.
Penyimpangan
Terjadi jika dalam kegiatan PBM guru terlalu asik dengan
kegiatan tertentu seperti sibuk dengan tempat duduk yang tidak rapi atau cerita
sesuatu yang tidak ada hubungan dengan materi terlalu jauh, sehingga kelancaran
kegiatan di kelas terganggu.
E.
Bertele-tele
Terjadi jika pembicaraan guru bersifat : Mengulang-ulangi
hal-hal tertentu Memperpanjang pelajaran atau penjelasan Mengubah teguran
menjadi ocehan yang panjang Hal ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau
aktivitas kelas. Siswa pada umumnya mencatat sebagai hal yang membosankan dan
tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas.
F.
Pengulangan Penjelasan Yang Tidak Perlu
Terjadi Jika Guru memberi petunjuk yang berulang-ulang secara
tidak perlu membagi kelas dalam memberikan petunjuk atau secara terpisah
memberi petunjuk ke setiap kelompok yang sebelumnya dapat diberikan secara
bersama-sama kepada seluruh kelompok sekali saja di depan kelas
E. Pembelajaran PAKEM
PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
A.
Apa itu
PAKEM?
PAKEM adalah
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar
dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi
yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan
adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
tinggi.
Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain
biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai
berikut:
- Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
- Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
- Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
- Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada
dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak
kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua
sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis
dan kreatif.
Kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur
bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran
dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang
menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya,
merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa
berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang
berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan
individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak
dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda
sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih
dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan
mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan
sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan
pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk
berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan
bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara
perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut,
kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya
ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena
itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada
yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas
yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan
siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu,
hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi,
karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil
pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan
(fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari
lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.
Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti
mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil
belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan
balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru
dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan
siswa.
Selain itu,
cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru
harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru
yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan
bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk
saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental
lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan
orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena
itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang
datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut
sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’
C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran
PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN.
Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu
dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh
kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.
|
Kemampuan Guru
|
Pembelajaran
|
|
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang
beragam.
|
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:Alat
yang tersedia atau yang dibuat sendiriGambarStudi kasusNara sumberLingkungan
|
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan.
|
Siswa:Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancaraMengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain
dengan kata-kata sendiri
|
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
|
Melalui:DiskusiLebih banyak pertanyaan terbuka Hasil
karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
|
|
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa.
|
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu)Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
|
|
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa
sehari-hari.
|
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya
sendiri.Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
|
|
Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa
secara terus menerus.
|
Guru memantau kerja siswaGuru memberikan umpan balik
|
=============
F. Pembelajaran PAIKEM
1. Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif
bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun
merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas,
perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri
bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri.
Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja
sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan
visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan
mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses
renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan
aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif,
yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain
biasa.
2. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.
Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.
Guru
mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan ‘pojok baca’
4.
Guru
menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5.
Guru
mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan
yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan
kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut
adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
